Jangan Salahkan Malaysia Bila Mengaku Budaya Kita

Sabtu kemarin saat meeting perencanaan kantor tahun depan, seorang penyaji menjelaskan sesuatu yang membuat kontroversi. Katanya saat ini acara pentas seni yang diadakan sekolah/kampus sudah jarang bahkan tidak ada pertunjukan seni tradisional.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Saya terhenyak. Karena pengalaman saya bersekolah, setiap pentas seni atau perpisahan selalu ada pementasan seni tradisional. Entah tari remo, tari jawa, tari bali, ludruk atau lainnya. Saat ini katanya yang banyak justru band!

Memang terakhir saya sekolah sudah 14 tahun lalu (kalau mengukurnya dari kuliah, kalau dari sekolah menengah bisa lebih lama). Tapi seorang teman dalam meeting itu, yang kerap mengisi acara seni sekolah, menyatakan valid data itu. Tentu saja kalau ini benar, kita harus prihatin.

Tapi saya sendiri melihat fakta lain yang lebih memprihatinkan. Sesuatu yang sering saya saksikan setelah besar ini. Baru-baru ini. Dulu rasanya tidak pernah melihatnya. Yakni pengamen seni tradisional.

Mereka ngamen seni tradisional dari pintu ke pintu sambil membawa speaker. Sambil bertelanjang kaki berpakaian dan bermake-up tradisional, mereka menari berharap receh. Kadang beberapa anak kecil ikut pula menari.

Saya trenyuh melihatnya.

Coba sekarang kita amati, sudah jarang setiap hajat mengundang pertunjukan seni tradisional. Entah itu sunatan, pernikahan, ulang tahun bahkan pentas seni tujuh-belasan! Yang sering dangdut seronok, electone, band atau karaoke.

Kalau kita sendiri tak menghargai kesenian tradisional kita, jangan salahkan negara lain menglaim miliknya. Wong kita tak merasa memilikinya. Wong kita tak menghargainya. Wong kita tak memperhatikannya.

Misal saja, anggap ada negara lain melihat pekerja seni tradisional ngamen di negara kita, terus menawari mereka. Mereka hanya berekerja menari dan untuk itu digaji. Dan seni yang sudah ‘dibayar’ oleh negara lain ini dijual sebagai pertunjukan. Terus dipromosikan sebagai penarik wisata ke negara itu.

Hal seperti ini bisa saja terjadi.

jadi daripada menghujat, memaki, mengutuk, mengecam negara lain kenapa Kita tidak melakukannya ke pemimpin kita? Ke wakil rakyat kita? Kenapa mereka tidak menyediakan anggaran untuk mengembangkan seni tradisional. Bila alasan tak ada anggaran, ini hanyalah masalah prioritas dan keseimbangan anggaran.

Tanyakan, kalau tidak ada anggaran, kenapa selalu ada mobil baru yang baru beredar sudah berplat merah? Kenapa selalu mobil dinas berharga mahal? Kenapa mobil dinas tidak dibatasi harga maksimalnya, misal 100 juta? Kenapa banyak fasilitas yang berlimpah? Kenapa banyak korupsi? Sudah tahu banyak korupsi, kenapa ada upaya secara terang-terangan menghalangi pemberantasan korupsi?

Caci-makilah mereka. Kutuklah mereka.

Kenapa kita tidak mengutuk orang kaya yang berulang tahun menghabiskan ratusan juta di hotel tapi tanpa mengundang acara tradisional? Atau orang kaya yang berhaji berkali-kali? Kenapa mereka tidak sebagai donatur grup seni? Selain berpahala dengan menolong orang lain juga tetap melestarikan seni tradisional.

Tapi daripada memaki-maki dan mengutuk orang lain, kenapa tidak kita tanyakan ke diri? Apa yang sudah kita lakukan untuk melestarikan seni. Apakah kita menikmati dan menghargai seni dan budaya kita? (saya pernah melihat pertunjukan seni di Bali justru turis lokal tidak betah menikmatinya. Malah turis bule yang asyik melihatnya).

Atau daripada menghabiskan energi untuk mengecam dan mencaci-maki negara lain, kita berkarya untuk membuat kita makmur dan negara kita maju. Sehingga kita bisa melestarikan budaya dan seni tradisional kita.

Sudahkah anda melakukannya? (TSA, 05/10/2009 subuh).

~~~
*Mochamad Yusuf adalah konsultan senior TI, pembicara publik, pengajar sekaligus developer website & software. Aktif menulis dan bukunya telah terbit. Tinggal di pinggiran Surabaya. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di profil Facebooknya.

About Indoweb

Indoweb adalah website berisi informasi seputar Indonesia dengan bahasa Indonesia. Untuk semua yang ingin tahu tentang Indonesia. Berisi informasi sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi informasi, pendidikan dan cerita-cerita rakyat.

View all posts by Indoweb →

One Comment on “Jangan Salahkan Malaysia Bila Mengaku Budaya Kita”

Leave a Reply