Sekali-sekali Pejabat Dinaikkan Kereta Ekonomi Saja!

Liburan semester tiba. Zidan punya kesempatan libur selama seminggu. Biasanya di liburan panjang ini, dia berlibur di rumah neneknya di Pare Kediri. Karena neneknya sudah meninggal, dia menginap di bibinya. Masih di Pare juga, tapi agak jauh lagi dari kota Pare. Kalau Zidan tak pergi ke Pare, gantian sepupunya di Pare yang akan ke Surabaya. Tapi Zidanlah yang lebih sering ke Pare.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Iya, saya setuju dia liburan ke desa, supaya mendapat pengalaman baru didesa. Juga menjalin silaturahmi dengan kerabat dan sepupunya. Dulu juga mengobati kerinduan neneknya akan kabar cucunya.

Untuk ke Pare, kadang naik bis kadang naik kareta. Tapi terakhir-terakhir ini lebih banyak naik kereta. Sebenarnya Pare tidak dilewati kereta. Dulu, waktu masih muda bundanya memang ada. Tapi sudah mati puluhan tahun. Jalannya sih masih terlihat di samping jalan Jombang – Pare. Dan sekarang stasiunnya di Pare sudah jadi pertokoan.

Karena itu bila naik kereta, harus naik kereta bertujuan Kediri. Dan turunnya paling dekat di stasiun kecil, namanya Papar. Untuk dapat bisa berhenti di sini, maka harus naik kereta ekonomi, yakni Rapih Dhoho.

Saya sendiri sudah lama tak naik kereta ekonomi. Terakhir rasanya waktu kuliah. Karena itu kemarin pas mengantarkan Zidan ke Gubeng, kita mencoba naik kereta ekonomi ini.

Sebenarnya tak ada rencana untuk melakukan hal ini. Rencana ini timbul gara-gara kita tiba di stasiun lebih awal. Kita malah datang lebih awal daripada keretanya datang dari Kediri. Padahal kereta ini masih harus ke stasiun Semut dulu, terus berangkat lagi ke Kediri.

Sebenarnya kita bisa saja menunggu kereta ini. Namun untuk memberi pengalaman naik kereta bagi Zelda, kita naik saja keretanya. Toh nanti dia kembali ke Gubeng.

Akhirnya kita naik kereta ini juga. Karena sudah banyak yang turun, kita bisa mencari tempat yang kosong. Bahkan di Semut, ada kesempatan mencari tempat kosong lagi, karena masih ada turun di sini.

Ternyata pilihan untuk naik di Gubeng tepat. Karena tak berapa lama di Semut, penumpangnya sudah penuh. Bahkan sudah berdesak-desakan. Sampai-sampai ketika kereta berangkat kembali ke Gubeng kita sudah pamitan, supaya mudah beranjak ke pintu. Takutnya nanti nggak bisa jalan ke pintu, kalau kita pamitan pas di Gubeng.

Selama dalam perjalanan pendek itu, Gubeng-Semut PP, kita sudah merasakan sumpeknya naik kereta ekonomi. Berdiri saja susah. Itupun masih didorong para penjual asongan. Juga gelap dan pengap, kipas tidak menyala. Lengkap sudah penderitaan para penumpangnya. Tempat duduk diperebutkan mati-matian antar penumpang. Kalau perlu bertengkar dan adu mulut, seperti penumpang di dekat kursi kita.

Rasanya kita ingin cepat sampai. Jangan banyak berhenti. Bila berhenti jangan lama-lama. Tapi ini tak mungkin bagi kereta ekonomi. Karena itu bisa saya bayangkan, bagaimana sumpeknya penumpang di beberapa rangkaian kereta yang terhenti gara-gara ada reklame ambruk menghalangi rel kemarin sore sepulang dari Gubeng.

Kalau seperti ini, rasanya rakyat kecil disuruh bersabar. Padahal jelas reklamenya salah, karena di tiang sudah ada peringatan kesalahannya karena lokasinya masih masuk jalan. Belum kita lihat bagaimana konstruksinya.

Lucunya kalau itu menguntungkan, itu dianggap keberhasilan pemimpinnya, misal pemberian hadiah oleh BPD. Padahal uang yang ditabungkan ke BPD adalah uang rakyat. Kalau memang itu menguntungkan, seharusnya hadiah diberikan kembali ke rakyat. Bukan kantong pemimpinnya.

Sekali-kali rasanya perlu para pemimpin disuruh naik kereta ekonomi. Jauh sekalian Surabaya – Jakarta sambil dilempari batu kayak bonek. Supaya tahu rasanya penderitaan rakyat kecil. [TSA, 25/01/2010 subuh]

~~~
*Mochamad Yusuf adalah konsultan senior TI, pembicara publik, pengajar sekaligus developer website & software. Aktif menulis dan bukunya telah terbit. Tinggal di pinggiran Surabaya. Anda dapat mengikuti aktivitasnya di profil Facebooknya.

About Indoweb

Indoweb adalah website berisi informasi seputar Indonesia dengan bahasa Indonesia. Untuk semua yang ingin tahu tentang Indonesia. Berisi informasi sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi informasi, pendidikan dan cerita-cerita rakyat.

View all posts by Indoweb →

One Comment on “Sekali-sekali Pejabat Dinaikkan Kereta Ekonomi Saja!”

Leave a Reply